Rayakan World Hearing Day 2020, Ada Banyak Sobat Tuli Berprestasi dari Indonesia

Adi Adrian | 13 Maret 2020 | 05:58 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - World Hearing Day atau Hari Pendengaran Sedunia diperingati setiap 3 Maret. Di Indonesia. Hari Pendengaran Sedunia dirayakan pada Jumat (13/3/2020) di Kementerian Kesehatan RI, Rasuna Said, Jakarta. Mengusung tema global “Don't Let Your Loss Limit You,” perayaan tahun ini bermakna khusus. Kita diingatkan bahwa kehilangan pendengaran semestinya tidak membatasi kualitas hidup seseorang. Kita juga diingatkan tentang komitmen menurunkan prevalensi gangguan indra dengar dan ketulian menjadi 1,7 persen pada 2030.

“Ini tidak mungkin diwujudkan oleh Kementerian Kesehatan saja namun butuh peran serta seluruh elemen masyarakat. Selain itu, kita bersama melakukan upaya dan menciptakan kondisi lingkungan yang ramah disabilitas,” beri tahu dr. Sri Susilawati SpTHT dalam sambutannya. Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Ahmad Yulianto, menambahkan, perayaan Hari Pendengaran Sedunia 2020 terasa istimewa berkat hadirnya lebih dari 20 teman tuli berprestasi.

 

“Teman tuli berprestasi hadir di tengah-tengah kita. Mereka mempunyai keberhasilan di bidang masing-masing. Meski mereka terbatas, tanpa pendengaran,” Ahmad menjelaskan. Menguatkan pendapat Ahmad, Founder dan CEO komunitas We Hear We Hope, Dewi Mustikasari menyambut baik pencapaian para teman tuli berprestasi tahun ini. Berbincang dengan tabloidbintang.com, Dewi menyebut, tuli bukan halangan untuk berprestasi. Lebih dari 20 teman tuli yang mendapat penghargaan pekan ini membuktikannya.

“Mereka ada yang jadi model, guru, desainer, bahkan lulus dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan Indeks Prestasi cumlaude. Tuli itu sebuah kelemahan. Namun mereka punya kecerdasan dan keterampilan yang membanggakan, tidak kalah dengan yang bisa mendengar,” ungkap Dewi. Kuncinya, dukungan orang tua dan lingkungan agar teman tuli bersemangat untuk menajamkan bakat maupun kemampuan mereka. Ia menyesalkan, adanya orang tua yang masih malu mengungkap bahwa buah hati mereka tuli.

Ada pula orang tua yang mau terbuka namun kondisi finansial tak memungkinkan untuk beli alat bantu dengar. Merespons berbagai problem ini, We Hear We Hope memetakan sejumlah program kerja untuk menolong teman tuli meraih prestasi. Tahun ini, We Hear We Hope memasang sejumlah target. Pertama, mengedukasi orang tua untuk terbuka dan mendukung putra-putri mereka yang tuli untuk berprestasi. Sukses meski tak bisa mendengar itu sangat mungkin. Kedua, menolong teman tuli yang belum dapat pekerjaan.

Caranya, membekali mereka keterampilan berbahasa Inggris atau mengoperasikan komputer. Terakhir, membentuk Yayasan untuk menggalang dana agar program kerja tercapai. Dewi mengimbau Kementerian Kesehatan RI memberi ruang lebih leluasa untuk para disabilitas. “Pemerintah telah memberi slot 1 persen lapangan kerja untuk disabilitas. Semoga ke depan ruang untuk disabilitas meluas. Kami juga berharap tiap instansi ada staf yang bisa berbahasa isyarat agar layanan untuk disabilitas makin baik termasuk untuk teman tuli,” pungkasnya, 

Penulis : Adi Adrian
Editor: Adi Adrian
Berita Terkait